Perkembangan sikap sosial pada anak SD
Oleh : Isti Nurhayati
Pada kurikulum 2013 kompetensi sikap dibagi menjadi dua, yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial adalah hubungan dengan sesama manusia sebagai anggota kelompok atau masyarakat. Ahmadi (2002:163) menulis bahwa sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan tindakan nyata dan berulang dari objek sosial. Dengan demikian, sikap sosial mewakili mengirim respons seseorang terhadap objek sosial. Menurut pendapat Gerungan (2004), dalam buku Psikologi Sosial, definisi tentang sikap adalah kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Menurut Baron dan Byrne (2004), sikap disebut sebagai penilaian subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.
Sikap sosial, dalam hal ini yang muncul pada siswa, sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Lingkungan tersebut berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Apabila lingkungan sosial yang dimaksud memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang (Danim, 2011). Namun sebaliknya, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, maka sikap sosial anak cenderung menampilkan perilaku yang menyimpang. Untuk itu, pengembangan sikap sosial anak di sekolah sangat penting dilakukan untuk mematangkan mereka. Anak-anak yang mulai berinteraksi dengan sosial lingkungan akan mulai memiliki sikap sosial, dan ini juga terjadi pada usia sekolah dasar anak-anak. Bukti perilaku anak-anak hari ini cukup memprihatinkan. Siswa sekolah dasar sekarang umumnya kurang disiplin daripada biasanya, dan mereka memiliki perawatan dan tanggung jawab rendah. Itu tidak sesuai dengan pengembangan afektif yang ideal dari siswa primer penyok (setiawan,2018.p.13).
Sikap sosial perlu ditanamkan pada siswa di sekolah karena siswa menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Untuk dapat membentuk kepribadian siswa agar memiliki sikap sosial yang lebih baik tidak lepas dari peran guru. Di sekolah, guru memiliki peran penting dalam mengembangkan sikap sosial siswa. Guru dapat membantu siswa dalam menggunakan seluruh potensinya untuk mencapai aktualisasi diri yang maksimal. Ketika berada di ruang kelas, guru memegang peranan penting dalam mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, termasuk pengembangan sikap sosialnya. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, hal yang demikian bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003). Siswa dan guru sama-sama belajar sehingga akan saling berinteraksi memberi informasi dalam proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap sosial dan tingkah laku siswa (Isjoni, 2006:11). Ekowarni (2009) berpendapat bahwa ada beberapa nilai yang berkaitan dengan kondisi sosial yang harus ditanamkan di sekolah dasar, termasuk: kesopanan, kepedulian, kerjasama tiveness, disiplin, kerendahan hati, bahkan-marah ness, toleransi, kemandirian, kejujuran, kepercayaan Dence, ketangguhan, kepositifan, keadilan, kedamaian kegenapan, ketekunan, kreativitas, kewarganegaraan, tanggung jawab dan ketulusan.
Daftar Pustaka
Ahmadi, H. A. (2002). Psikologi sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Baron & Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV. Alfabeta.
Ekowarni. (2009). Pedoman pendidikan akhlak mulia siswa sekolah dasar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung; PT Refika Aditama.
Isjoni. (2006).Dari Substansi ke Praksis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setiawan, A. & Suardiman, S.P. (2018). Assessment of the social attitude of primary school student,
/reid.v4i1.19284.
Virani,ida ayu dkk,2015,deskripsi sikap sosial pada siswa kelas IV SD N 4 Penarukan
Buleleng, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,singaraja.